"SESEORANG pernah berkata padaku bahwa dia tidak tahu kenapa aku bisa mencintai orang seperti dirinya. Terus terang saja, aku juga tidak tahu. Kurasa aku tidak termasuk salah satu orang yang merasa kau tidak membutuhkan alasan untuk mencintai seseorang. Karena cinta terjadi begitu saja. Kau tidak bisa memaksakan diri mencintai seseorang, sama seperti kau tidak bisa memaksakan diri membenci orang yang kau cintai."
Alex Hirano terdiam sejenak, menarik napas dan mengembuskannya perlahan. "Tapi kalau aku harus menjawab pertanyaan itu," lanjutnya sambil merenung, "Kurasa aku akan berkata bahwa aku mencintainya karena dia adalah Mia Clark."
Mata Alex menyapu sekeliling aula konser yang dipenuhi ratusan penonton. Ia melihat kedua orangtuanya duduk di barisan pertama kursi penonton. Ray dan Karl juga ada di sana. Lalu matanya beralih ke arah Mr. dan Mrs. Clark yang juga duduk di barisan pertama. Mereka tersenyum menyemangati Alex. Akhirnya mata Alex terpaku pada kursi kosong di samping Mrs. Clark dan dadanya langsung terasa nyeri.
"Walaupun dia tidak bisa berada di sini hari ini," kata Alex tanpa mengalihkan pandangan, "kuharap dia mendengar lagu ini. Di mana pun dia berada. Dan kuharap dia tahu bahwa selama aku masih bernapas, aku akan selalu mencintainya. Sepenuh hatiku. Selamanya."
Beberapa detik kemudian, lagu yang selalu membuatnya teringat pada Mia Clark dan setengah jiwanya yang hilang pun mengalun lembut, mengisi seluruh sudut ruangan besar yang sunyi senyap itu dengan nada-nada indah yang pada akhirnya membuat para penonton mendesah dan memejamkan mata, membayangkan sinar matahari yang hangat, padang rumput yang hijau, dan langit biru tak berawan.
I just can't get enough. This novel has a big part in my life.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar